Tubuhnya penuh dengan keriput, pertanda usianya sudah tak lagi muda. Namun Nek Eja (90 tahun) tetap harus bekerja keras demi bisa bertahan hidup. Di sudut Kampung Karang Jetak, Desa Ciparay, Kecamatan Cidolok, Ciamis, Jawa Barat, ada sosok luar biasa bernama Nek Eja.Nenek Eja (90 Tahun) Hampir 1 Abad usianya dan mengais rezeki dari menjadi buruh Cuci, Demi Bisa Tetap Hidup Meski Sebatang Kara. Hebat, ya? Semangat hidupnya tetap teguh, meski hanya bersekolah hingga kelas 1 SD di masa penjajahan dahulu.
Sejak suaminya meninggal puluhan tahun yang lalu, Nenek Eja telah menjadi tulang punggung keluarganya, berjuang untuk bertahan hidup dengan cara yang keras. Suaminya Meninggal akibat sakit yang dideritanya. Sejak saat itu, ia hidup sendiri di rumah yang telah ia tinggali sejak tahun 1955 di rumah penuh kenangan di mana ia membesarkan keempat anaknya dengan penuh perjuangan.
Dua anaknya telah tiada, sementara dua lainnya masih hidup yakni Bapak Tohidin (53 tahun, buruh pabrik) dan Bapak Muchtar (67 tahun, Buruh Tani) yang mana mereka tinggal tak jauh dari rumahnya Nenek Eja.
Meskipun badannya terasa lelah, suaranya serak akibat usia yang telah lanjut, dan pendengarannya agak kurang dia tetap berjuang, karena dia tahu bahwa hanya dengan usaha keraslah dia bisa memberi makan kepada dirinya sendiri.“Emak mah Nggak bisa cuma ngandelin hasil anak kerja... Harga kebutuhan pokok mahal… belum lagi dua anak emak ini kan udah pada punya keluarga sama anak, emak nggak mau ngerepotin, emak mending tinggal begini aja kang” tutur Nek Eja lirih kepada kami ketika melakukan Asessment.
Meski anak-anaknya bersikeras ingin Nek Eja tinggal bersama mereka, Nenek Eja menolak dengan alasan tidak ingin merepotkan anak-anaknya. ketambah kedua anaknya Nek Eja sudah berkeluarga dengan kondisi ekonomi yang tidak jauh lebih baik dari kondisi Nek EJa. Alih-alih tak ingin merepotkan dan menyusahkan anak-anaknya.
Rendahnya pendidikan kedua anak dari Nek Eja membuat mereka hanya bisa bekerja sebagai buruh di sawah milik orang lain dan sebagai kuli pabrik yang mana penghasilannya masih terbilang kecil.
Sungguh miris melihat kondisi Nek EJa, di usianya yang seharusnya menikmati masa tuanya, ia masih berjuang untuk bisa bertahan hidup. Tak mau dan tak ingin merepotkan kedua anaknya.Baginya, rumah tua yang sudah termakan usia dan tak layak huni ini adalah tempat terbaik untuk menjalani sisa hidupnya, meski sering sakit-sakitan, terutama pegal di bagian lutut dan kaki akibat berkeliling untuk menawarkan jasa cuci baju.
Penghasilan yang Nek Eja dapat dari jasa mencuci baju kadang 10-15 ribu itupun kalo ada yang ingin dicucikan bajunya oleh Nek Eja. Menurutnya mayoritas orang di kampungnya saat ini sudah memiliki mesin cuci dan jarang sekali yang memakai jasa buruh cuci.
Anak-anaknya yang prihatin hanya bisa mengunjungi Nek Eja setiap hari, membawa makanan dan keperluan lainnya. Terkadang juga Nek Eja sesekali berkunjung ke rumah kedua anaknya tersebut hanya sekedar ingin melihat cucu-cucunya.
”Pengen banget kang bantuin Emak ngerenovasi rumahnya biar nggak bocor dan kehujanan, tapi gimana ya kang saya (Bapak Muchtar) juga sulit penghasilannya, udah sering banget saya sama adik saya ngajak buat tinggal bareng dengan kami, malah emak nggak mau, kekeh banget nggak mau ninggalin ini rumah” ucap Pak Muchtar selaku anak yang paling tua dari Nek Eja
”malah pernah kang, sempet saya bawa paksa dulu, eh balik lagi kang ke sini ke rumah ini, Ya Allah, Emak emang nggak mau kang ngerepotin kami anak-anaknya karena emak juga kasian ngeliat kami, gitu kang” Di sambung oleh Pak Tohidin selaku anak ke 2 dari Nek Eja.
Harapan kedua anak dari Nek Eja sangat sederhana: ingin yang terbaik untuk ibunya di usia senja, agar tetap hidup sehat dan bisa mendapatkan tempat tinggal yang nyaman. Dan segala kebutuhannya terpenuhi.
Pagi, siang dan malam hidup sendiri di rumah yang jauh dari kata layak, yang menemani hanya suara jangkrik dan tongeret setiap malam, berteman dengan kesepian. Itulah yang di rasakan Nek Eja setiap hari.Hidup sebatangkara jauh dari kata layak dengan kondisi rumah yang sangat memprihatikan, mereka berharap agar kehidupan kedepannya memiliki rumah yang layak untuk dihuni dan hidup dengan bahagia di usia yang tak lagi muda.
Yuk orang-orang baik dan Sahabat Dermawan mari kita wujudkan Impian Nek Eja dan Para Lansia Prasejahtera sebatangkara ini agar memiliki rumah yang layak huni dan bisa hidup sejahtera di usianya yang sudah lansia ini.
Sahabat, Nenek Eja sangat membutuhkan sekali bantuan dan kebaikan dari tangan para dermawan, sahabat bisa berdonasi dengan cara :
1. Klik DONASI SEKARANG
2. Masukkan nominal donasi
3. Pilih metode pembayaran (GO-PAY/BSI/BRI/BCA/Mandiri/DANA/ShopeePay)
4. Kamu akan mendapatkan laporan via email
5. Terimakasih atas kebaikan hati Sahabat Dermawan
Tak hanya mendoakan dan berdonasi, Sahabat juga bisa membagikan halaman galang dana ini agar semakin banyak yang membantu Nek Eja dan keluarga dhuafa lainnya.
Terima kasih Sahabat Dermawan, Teruslah menjadi baik agar semakin banyak yang terbantu atas kebaikan Sahabat.
Bersama Mizan Amanah, Ringankan Kebaikan Beratkan Timbangan!!!
Disclaimer : Laman Galang Dana ini adalah program bantuan milik Laznas Mizan Amanah bantuan yang diberikan yakni berupa renovasi rumah layak huni bagi warga Lansia, Dhuafa serta mereka yang membutuhkan agar memiliki tempat tinggal layak huni.
Bantuan yang di salurkan bisa berupa renovasi rumah,kebutuhan hidup sehari-hari dan kebutuhan lainnya yang diperlukan oleh penerima manfaat.
Jika donasi melampaui terget maka Donasi yang terkumpul juga akan di gunakan untuk membangun rumah layak huni untuk lansia lainnya yang membutuhkan yang tersebar di pelosok negeri Indonesia.
Belum ada Fundraiser