Tangannya gemetar, matanya tak setajam dulu, tapi semangat Nek Narmah tak pernah pudar. Di usia 77 tahun, beliau masih berjuang menghidupi dirinya sendiri dengan membuat dan menjual sapu lidi tradisional. Dengan punggung yang sudah bongkok, Nek Narmah tetap berjalan keliling desa, menggendong 5-7 sapu lidi di pundaknya yang renta.
Namun, apa yang beliau dapatkan tak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan. Harga satu sapu kecil hanya Rp5.000, sedangkan sapu besar Rp10.000. Kalau sedang beruntung, Nek Narmah bisa menjual 2-3 sapu. Hasilnya? Sekitar Rp10.000-15.000 ribu, cukup untuk membeli beras dan makan seadanya.
Tapi miris! Hari beruntung itu tak datang tiap hari… Lebih sering sapunya tak laku dibeli satupun. Hingga terpaksa ia harus menahan lapar hanya dengan air putih dan lauk seadanya. Terkadang juga jika Nek Narmah sedang kelelahan ia memutuskan untuk berdiam diri saja di dalam rumah. Harap-harap ada yang mengetuk pintu rumahnya untuk membeli sapu lidi buatannya.
Meskipun begitu, Nek Narmah tak pernah mengeluh. Baginya, selama satu sapu bisa terjual, itu sudah cukup untuk bertahan hidup sehari lagi.
“Mak nggak minta banyak, tiap hari Mak berdoa biar ada satu saja yang terjual dan bisa buat beli beras,” katanya sambil berkaca-kaca.Ketika kami bertanya mengapa di usia senjanya beliau masih bekerja keras seperti ini, jawabannya sederhana namun menyesakkan hati:“Kalo Mak nggak bikin kayak gini, Mak makan sama apa, Nak?”
Sapu lidi ini dibuat dari hasil tangannya sendiri. Setiap hari, Nek Narmah memulai harinya dengan mencari bahan baku daun kelapa kering di hutan. Tidak mudah, apalagi saat musim hujan tiba.
Satu buah sapu lidi dijual 5 ribu perak. Namun Nek Narmah hanya bisa mengumpulkan 4 ikat sapu lidi dalam waktu seminggu.
Sahabat. Tak bisa dibayangkan bila sapu lidi Nek Narmah tidak laku dan Nenek harus tahan lapar terus menerus. Jangan biarkan Nek Narmah berjuang sendiri.
Bisakah kamu membayangkan bagaimana Nek Narmah harus bertahan dengan uang pas-pasan untuk bertahan hidup?
Terlebih mbah hidup sendiri tanpa suami dan anak. Ia tinggal sebatang kara di rumah tak layak huni reyot di luar dan di dalamnya. Nek Narmah tinggal tepatnya di Kp Babakan Pulo RT 14 RW 03 Desa Cilegong Ilir Kecamatan Banjarsari Kabupaten Lebak Banten.
#OrangBaik dan #SahabatDermawan, begitu berat perjuangan yang dilalui Nek Narmah. Hidup sebatang kara membuat Nek Narmah tak punya siapa-siapa lagi yang bisa membantunya. Mari kita bersama-sama bantu Nek Narmah mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Dengan cara:
1. Klik DONASI SEKARANG
2. Masukkan nominal donasi
3. Pilih metode pembayaran (GO-PAY/BSI/BRI/BCA/Mandiri/DANA/ShopeePay)
4. Kamu akan mendapatkan laporan via email
5. Terimakasih atas kebaikan hati Sahabat Dermawan
Tak hanya mendoakan dan berdonasi, Sahabat juga bisa membagikan halaman galang dana ini agar semakin banyak yang membantu Nek Narmah dan keluarga dhuafa lainnya.
Terima kasih Sahabat Dermawan, Teruslah menjadi baik agar semakin banyak yang terbantu atas kebaikan Sahabat.
Bersama Mizan Amanah, Ringankan Kebaikan Beratkan Timbangan!!!
Disclaimer : Laman Galang Dana ini adalah program bantuan milik Laznas Mizan Amanah bantuan yang diberikan yakni bisa berupa renovasi rumah layak huni bagi warga Lansia, Dhuafa serta mereka yang membutuhkan agar memiliki tempat tinggal layak huni.
Bantuan yang di salurkan bisa berupa renovasi rumah,kebutuhan hidup sehari-hari dan kebutuhan lainnya yang diperlukan oleh penerima manfaat.
Jika donasi melampaui terget maka Donasi yang terkumpul juga akan di gunakan untuk membangun rumah layak huni untuk lansia lainnya yang membutuhkan yang tersebar di pelosok negeri Indonesia.
Belum ada Fundraiser